Sabtu, 13 Februari 2010

Kotoran Ayam = Ee' Ayam

Jumat, 12 Februari 2010

38 hari menuju Ujian Nasional.

Aku bangun sekitar pukul 5 pagi dan segera sholat. Mengambil handuk tapi bukannya ke kamar mandi tapi aku malah mampir ke kamar tidur. Radio mengalunkan lagu-lagu Indonesia hits and fresh. Kemudian muncul suara khas penyiar radio yang mengumumkan sebuah pertanyaan dan dia akan menunggu jawaban dari pendengar. Jika salah dua pendengar beruntung maka mereka mendapatkan voucher gratis bubur ayam atau uang belanja.

Karena alasan itulah Cho mendapat inisiatif untuk SMS ke stasiun radio tersebut. Lima menit menunggu ditemani dua buah lagu dan selipan-selipan comersial akhirnya penyiar membacakan beberapa SMS.

“Dan yang beruntung mendapatkan dua buah voucher makan di bubur ayam adalah… (sebut saya namanya) Bunga dan (anggap saja namanya) Mawar. Bagi yang disebut namanya harap mengkonfirmasikan ke kantor pada jam kerja.”

Perasaan SMSku ngga di baca deh.

Dua menit kemudian… “Tenang-tenang… bagi kamu yang belum kebagian voucher masih ada lagi nih… ini merupakan voucher dari boutique dengan nilai (seingatku) Rp 300rb. Pertanyaannya adalah… apa yang membuat kamu benar-benar marah sampai kamu BT setengah mati!”

Jempol mulai bermain…

“Chocho Sleman 110791 yg bkin aku marah adlh ditipu/dibodohin! Kmrin ini tmnku berhasil menipuku dgn SMS memkai nama org yg aku gebet.”

Seksama aku mendengar setiap suara yang keluar dari radio. “Pemenangnya akan aku umumin setelah beberapa lagu berikut ini.”

Langsung saja Cho yang sampai detik 06.03’.054’’ WIB belum mandi ini segera ngacir ke kamar mandi. Cepat dan sigap Cho mandi, kata temenku sih, aku kalau mandi kaya mandi bebek. Itu loh yang mandinya aja kurang dari lima menit disebutnya mandi bebek.

Dalam lima menit kurang Cho sudah duduk di atas tempat tidur mendengarkan suara radio. “Pemenang… pada… episode kali ini adalah!! Saudara *piiiiiip*…. Dan Saudari *piiiiiiip*!! Harap pemenang mengkonvirmasi pada jam kerja.”


‘kriieeeeeeet’
Pintu kelas XII IPA 3, Cho buka. Tidak ada orang. Berarti aku paling pertama. Berarti aku bebas memilih mau dimana aku duduk. Entah di kursi, di meja, di lantai, di dinding, atau di whiteboard sekalipun. Tapi aku tetap memilih sebuah kursi di pojok kanan.

Cho memutuskan untuk duduk di beranda kelas sembari menunggu teman-teman. Satu orang datang, dua, tiga, empat.

Cho mengobrol dengan teman yang cukup lucu panggil saja dia Erni. Kami mengobrol sampai bel berdering. Kemudian seluruh teman-teman melangkah ke laboratorium kimia untuk penelitian spiritual.

Beberapa anak putri duduk melingkar di sebuah meja segi enam. Sedangkan aku dan lima cowok lainnya duduk dalam satu meja yang sama-sama segi-6. kami mendengarkan ceramah dari guru Pendidikan Agama Islam yaitu Bapak Dadang Setya K.

Ada beberapa berita yang beliau sampaikan, yaitu Bu Ris, istri dari Pak KepSek, akan menjalani operasi, meninggalnya ayah dari guru Olah Raga Ibu Mariyem, dan siswa-siswi kelas XII yang kurang dari satu bulan akan menghadapi UN. Sungguh… berita terakhir sangat menyedihkan. :P

Sekarang kita skip lagi agak jauh.

Malam, jam 18.30 WIB. Keponakan laki-laki yang bernama Aqilla ini sedang uring-uringan (kaya bapak-bapak stress aja).

Kebetulan computer sedang menyala maka Cho putarkan video kesukaannya yaitu Baby Genius : Favorite Nursery Rhymes.

Lhoh, aku belom bilang kalau ponakanku masih bayi, ya?

Yap.

Lalu dengan cerdasnya dia meniru setiap lirik yang dinyanyikan! Wow! Alangkah menakjubkan??!!

Kemudian aku meninggalkannya ke tempat yang sangat pribadi yaitu WC. Dia malah berteriak-teriak! “Mambu, mambu!”

Beruntung kakeknya merangkap ayahku menenangkan bayi yang kelebihan baterai ini. Tapi malah menjadi-jadi.

Setelah aku puas, aku putuskan untuk menemaninya sembari memangku bocah chubby ini. Belum dua menit dipangku dia sudah memberontak selicin anaconda. Penuh hasrat dia berteriak “Mama, Mama, Mama!”

Sembari menahan emosi yang udah nyampe ubun-ubun aku menemaninya menemui sang Nenek merangkap Ibuku. Hup! Dia berada dipangkuan neneknya. aku mundur selangkahberniat menggodanya dengan suara-suara aneh bin mistis.

Tapi… “Aaarrkhh…! Aku menginjak ee’ ayam!! Aduh, ee’ kenapa kamu di situ, sih?”

Berusaha agar kaki bekas penggencetan tai ayam itu tidak menipak ke mana-mana akhirnya aku meloncat-loncat mirip pocong yang ngga sengaja nginjek paku payung. Keran kecil berderu mengeluarkan air bersih dan membersihkan kotoran-kotoran najis nan haram itu dari kakiku. Berhasilkah?

Anak itu berulah lagi, dia memberontak dari pangkuan neneknya dan berteriak, “Mambu! Mambu!”
Sang nenek sedikit jengkel, “Mba Chocho ngga kemana-mana, udah tho di sini aja!”

Kemudian kami masuk ke rumah karena si kecil tetap ngeyel. Aqil kemudian dijejeli (bahasa Indonesianya apa ya?) disuap (?) dengan susu botol. Dia ditidurkan di kasur kecil di depan televisi.

Aku melanjutkan mengurus komputer. Aqil kembali merusuhiku, dia minta di pangku dan diputarkan video berjudul Baby Genius : Favorite Nursery Rhymes dengan senang hati aku putarkan.

Lagu-lagu ceria melantun, tapi… bau senga’ apa ini? Ini sejenis dengan bau ee’ ayam yang telah saya injak tadi!! Dan bau ini… dari mana bau ini muncul?

Aku mencari-cari di sekitar wajah Aqill. Tidak ada! “Wah, Aqil bau ee’ ayam!” seruku.
“Halah, yang bau itu kamu! Kamu kan yang tadi nginjak ee’ ayam?!” protes Mama.
“Tapi udah bersih tuh, ga munkin masih bau!”
“Coba kamu liat kakinya Aqill! Tadi saja Aqill ga turun ke lantai kok! Paling kamu yang bau! Kamu kan belom mandi!”
Yah, ketauan deh…
“Tapi ini baunya senga’ banget!”
“Engga, ah!”

Perdebatan berhenti. Aku memutuskan untuk berwudhu karena sudah memasuki waktu sholat. Sayup-sayup terdengar suara Papa yang menyetujui opiniku tadi.
“Iya ini, Ma! Aqill bau ee’ ayam!”
“Apa iya? Lha mana? Ngga ada wujud dari ee’ ayam tuh!”
Mereka mulai berdebat…

Setelah selesai kulihat Mama sedang menggosok-gosok rambut Aqilla yang sedang asyik di depan komputer bernyanyi-nyanyi.
“Iya e. lha itu ada ee’ ayam di kasur kecilnya Aqill. Tapi kok bisa ya?”
Tuh, kan bener kataku…

Aku memandangi waah bulat ponakanku ini. Rambutnya spike pengaruh dari rambut yang basah. Aku tunjukkan bentuk ke dua tanganku di depan wajahnya dan berbisik, “Metaaaaaaal! Metaaaaaal! Metaaaaaaaaaaaaal!!!!”

Dia memandangiku tidak mengerti. Aku mencium pipinya yang empuk dan lebut. Tapi semua itu tidak sesuai harapan. Bau itu muncul lagi!!!

“Waduh! Ee’nya ayam ada di pipinya Aqill!!”
Mama tertawa, “yaudah dibersihin, di kamar mandi ada washlap kan?”
Aku segera mengambil ‘benda apa itu yang dinamakan Mamaku wahlap’.
Tanpa belas kasihan aku gosok-gosok wajah Aqill an aku gosok-gosok pula rambutnya. Aku juga ahli mengendus seperti anjing pelacak untuk melacak ada tidaknya bau yang tersisa.

Beberapa menit kemudian, udara bersih, Aqill bersihhh…….

Pojok SBS (Saya Benar Sendiri):
-         Jangan pernah injak ee’ ayam! Waspadalah karena ee’ ayam seperti ranjau!
-         Pelihara hidung karena itu sangat berguna untuk mendeteksi ee’ ayam dan ee’-ee’ sejenisnya.
-         Jangan pernah bersabar pada ponakan anda, tapi buat mereka sabar terhadap kita! Hahahahahah!






  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar